Kamis, Agustus 15, 2013

Apapun itu...

Kesempatan kadang tidak datang dua kali. Iya memang. Petikan dari ulasan itu kadang terbesit ketika aku merasa tidak ada lagi celah untuk kembali bersamamu. Mungkin hanya bisa mengenang, sendirian.

Yah. Rasanya baru beberapa hari kemarin fase pertemuan dilalui. Belum sempat aku merasakan fase-fase yang lainnya, bersama kamu. Tapi sudah ada saja rencana Tuhan yang membuatnya menjadi berbeda. Dimana begitu cepatnya kini berubah menjadi fase pengenangan. Aneh bukan istilah yang ku pakai, tapi terserah karena fase itu sungguh menyesakkan. Dimana setiap hari dihabiskan hanya dengan 'seandainya aku sama kamu....' selalu saja seperti itu. Aku lelah! Khayalan ku tidak mungkin bisa mengubah semuanya.
Tapi keputusan ku untuk mengubah fase pengenangan menjadi fase penutupan. Dimana aku ingin menutup semua hal khayalan tentang kamu dibantu dengan kumpulan beberapa pintaan yang setiap hari ku kirim kepada sang pencipta kehidupan.

Setelah fase penutupan sepertinya aku harus segera memasuki fase baru yaitu pembukaan. Itu semua butuh waktu. Nah sebelum terlambat dan adanya pengulangan dari kisah lama. Ijinkan aku mengucap terimakasih kepada kamu untuk sedikit fase yang telah dilalui dan yang belum dilalui, bersama.

Semoga 'seseorang' entah itu siapa dapat memberikan mu banyak fase warna di kehidupan. Atau mungkin jika bukan dia bisa juga seseorang itu aku, rencana Tuhan siapa yang tau. Jika Tuhan membisikkan 'seseorang' itu kepadamu dan 'seseorang' itu aku. Jangan sungkan untuk memberitahu ku, mungkin kita bisa membicarakan sekaligus merencanakan beberapa fase. Tapi jika Tuhan mengatakan bukan aku. Tetap pada permintaanku untuk memberitahu ku, agar aku mengerti siapa dia.

Karena apapun yang terjadi rencana Tuhan akan pasti didatangkan, termasuk apapun nanti jawaban yang kamu jadikan pemberitahuan. Apapun itu...




Jumat, Agustus 02, 2013

Salam Perajut Impian

Perlahan. Rajutan helai khayalan kembali tertata dalam benak angan. Untaian harapan dipersatukan dalam impian. Bertengadah tangan sembari sujud memohon pengabulan. Kepada-Nya. Tuhan.

Kosong. Pikiran semakin terpuruk terjebak dalam lubang kerapuhan. Apalagi semenjak kepergian atas perjumpaan. Sudah tidak ada tempat untuk mengingat. Penjagaan ku mulai muak. Berusaha hilang ingatan ternyata tak semudah dilagukan. Ya berbalik dari kenyataan.

Disini harapan terus berucap tak henti. Dimana keinginan akan selalu untuk lebih baik itupun terlepas dari pengekangan. Murni kesadaran, sebab tanpa terkecuali jelas semua menginginkan.
Tetapi, tidak mungkin jika hanya bertopang dagu tiba tiba pangeran datang dihadapan. Mustahil. Semua butuh proses untuk pencapaian titik tujuan. 

Kaki bergerak merangkak pada tangga lebih tinggi. Mengiringi mimpi. Aku harap tidak salah arah, trauma tersesat untuk kesekian kali. Ya semoga saja...

Kepada pengabul harapan : Jangan lelah untuk menerima pinta yang selalu ku rajutkan. Titipkan balasan pada sang waktu agar tepat sasaran. Mungkin tidak sekarang, entah kapan. Yang jelas disini jiwa baru berdiri tegak dalam penantian. Pesan satu lagi, halalkan kebahagiaan.
Salam dari perajut impian...