Kini aku
memiliki ladang subur kebahagiaan. Dengan tandusnya tanah yang dulu, kini mulai
gembur. Bukan karena hujan melainkan hal-hal kecil yang semula tak ku hiraukan.
Perlahan
setiap hari ada taburan benih-benih perhatian, lewat sapaan selamat pagi dan
tak lupa untuk jangan lupa sarapan. Semula ladangku cukup cuek menerima. Entah
darimana ada hal yang dapat menuntunnya untuk selalu menengok sebentar, mungkin
kesabaran. Lalu benih itu memasuki setengah dari tanah, aku sebagai ladang
cukup dapat menerima tanpa harus memberikan pesan.
Benih perhatian
itu semakin tumbuh ke dalam, pagi sore disirami dengan tidak bosan. Tak lupa
setiap malam menjelang merawatku untuk beristirahat dengan tidak larut dalam
hal-hal berat. Hingga sekarang mulai tumbuh tunas kecil pertanda ladangku
memberikan sedikit respon. Aku ingin taburan benihnya bermekaran. Apa salah jika pencitraan ladang ini ku
jadikan harapan?
Aku ingin
bahagia, lewat perhatian yang dia berikan. Dia melihat apa adanya dari sisi ku yang
seakan ku sempurna. Menjadikan ladang indah penuh aroma warna warni bermekaran.
Melewati hari dan berusaha bersama untuk tidak membuatnya menjadi tandus lagi.
Rajin menyirami lewat penjagaan dan kasih sayang dia. Melindungi dengan pagar
iman dia sebagai tameng untuk pilihan terbaik bersama. Dan aku ingin benar-benar
mekar bersamanya. Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar