Rabu, September 04, 2013

Dia


Kini aku memiliki ladang subur kebahagiaan. Dengan tandusnya tanah yang dulu, kini mulai gembur. Bukan karena hujan melainkan hal-hal kecil yang semula tak ku hiraukan.
Perlahan setiap hari ada taburan benih-benih perhatian, lewat sapaan selamat pagi dan tak lupa untuk jangan lupa sarapan. Semula ladangku cukup cuek menerima. Entah darimana ada hal yang dapat menuntunnya untuk selalu menengok sebentar, mungkin kesabaran. Lalu benih itu memasuki setengah dari tanah, aku sebagai ladang cukup dapat menerima tanpa harus memberikan pesan.
Benih perhatian itu semakin tumbuh ke dalam, pagi sore disirami dengan tidak bosan. Tak lupa setiap malam menjelang merawatku untuk beristirahat dengan tidak larut dalam hal-hal berat. Hingga sekarang mulai tumbuh tunas kecil pertanda ladangku memberikan sedikit respon. Aku ingin taburan benihnya bermekaran.  Apa salah jika pencitraan ladang ini ku jadikan harapan?
Aku ingin bahagia, lewat perhatian yang dia berikan. Dia melihat apa adanya dari sisi ku yang seakan ku sempurna. Menjadikan ladang indah penuh aroma warna warni bermekaran. Melewati hari dan berusaha bersama untuk tidak membuatnya menjadi tandus lagi. Rajin menyirami lewat penjagaan dan kasih sayang dia. Melindungi dengan pagar iman dia sebagai tameng untuk pilihan terbaik bersama. Dan aku ingin benar-benar mekar bersamanya. Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar