Perlahan. Rajutan helai khayalan kembali tertata dalam benak angan. Untaian harapan dipersatukan dalam impian. Bertengadah tangan sembari sujud memohon pengabulan. Kepada-Nya. Tuhan.
Kosong. Pikiran semakin terpuruk terjebak dalam lubang kerapuhan. Apalagi semenjak kepergian atas perjumpaan. Sudah tidak ada tempat untuk mengingat. Penjagaan ku mulai muak. Berusaha hilang ingatan ternyata tak semudah dilagukan. Ya berbalik dari kenyataan.
Disini harapan terus berucap tak henti. Dimana keinginan akan selalu untuk lebih baik itupun terlepas dari pengekangan. Murni kesadaran, sebab tanpa terkecuali jelas semua menginginkan.
Tetapi, tidak mungkin jika hanya bertopang dagu tiba tiba pangeran datang dihadapan. Mustahil. Semua butuh proses untuk pencapaian titik tujuan.
Kaki bergerak merangkak pada tangga lebih tinggi. Mengiringi mimpi. Aku harap tidak salah arah, trauma tersesat untuk kesekian kali. Ya semoga saja...
Kepada pengabul harapan : Jangan lelah untuk menerima pinta yang selalu ku rajutkan. Titipkan balasan pada sang waktu agar tepat sasaran. Mungkin tidak sekarang, entah kapan. Yang jelas disini jiwa baru berdiri tegak dalam penantian. Pesan satu lagi, halalkan kebahagiaan.
Salam dari perajut impian...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar